Penyebab Konflik Berkepanjangan di Sudan

Tahukah kamu Negara Sudan? Sudan merupakan negara republik yang terletak di Afrika Utara. Berhasil meraih kemerdekaannya pada tahun 1956 setelah sebelumnya dijajah oleh Inggris dan Mesir. Sudan menjadi negara dengan penduduk padat dan heterogen baik suku, ras dan agama. 

Perbedaan agama ini dijadikan alasan kaum fanatic untuk menimbulkan konflik horizontal dengan agama lain. Dilatar belakangi oleh perbedaan perlakuan dari pemerintah terhadap salah satu agama yaitu Islam. Tentu hal ini menimbulkan pertentangan dari agama Kristen dan animis, mereka menuntut diberlakukannya pemerintahan sekuler. Kesenjangan sosial dan ekonomi juga memicu konflik. Selain agama, konflik diperparah dengan pembatalan perjanjian Addis pada tahun 1983 yang mengaur pemerataan otonomi dan kesetaraan wilayah utara dan selatan di Sudan. 

Konflik atau perang sipil ini mengakibatkan terjadinya bencana kelaparan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan operasi militer pemerintah dengan menghabiskan setengah anggarannya untuk belanja senjata. Sehingga 100 ribu warganya meninggal dunia akibat kelaparan. Inilah yang menyebabkan lembaga kemanusiaan mengadakan bantuan untuk sudan selatan agar korban tewas tidak bertambah. 

Wilayah selatan membentuk Sudan People’s Liberation Movement/Army dan melakukan pemberontakan seporadis dan menyerang pemerintah pusat. Masalah ekonomi karena perbedaan pendapat mengenai kepemilikan minyak dan mineral juga menjadi pemicunya. Pemerintah mengakui kepemilikan minyak dan mineral dengan memakai landasan UU Tanah tahun 1970. Sedangkan Sudan People Liberation Movement/Army menganggap UU tersebut tidak sah karena saat pembuatan UU tersebut, tidak ada perwakilan dari wilayah selatan yang hadir dan menyetujuinya. 
Konflik Sudan. (foto: halimperdana.blog.uns.ac.id)
Meski pada tanggal 5 Juni 2004 Pemerintah Sudan dan Sudan People’s Liberation Movement/Army menandatangani kesepakatan damai untuk mengakhiri perang sipil selama 21 tahun, hal ini tidak pernah berlanjut karena gencatan senjata tidak pernah terwujud. 

Perseteruan di Sudan bukan hanya berlangsung antara pemerintah dengan Sudan People’s Liberation Movement/Army, tetapi juga berlangsung antara pemerintah dengan masyarakat muslim di Darfur. Hal semacam ini berawal lantaran penyerangan dua pemberontak NIF (National Islamic Front) pada tahun 2003. Pemberontak itu menamakan diri mereka JEM (The Justice and Equality Movement) serta SLA (The Sudan Liberation Army). Pemberontak berasumsi kalau pemerintah telah berlaku diskriminasi pada golongan muslim afrika di Darfur, tetapi pemerintah jadi berasumsi mereka sebagai teroris. Perseteruan ini pada akhirnya berkembang jadi perseteruan ras yang melibatkan ras Afrika serta Arab.

Akhirnya, konflik berkepanjangan ini memberikan dampak negatif yang sangat nyata yakni terjadinya bencana kelaparan pada penduduknya. Bencana kelaparan tidak bisa dianggap main-main, problem serius ini bahkan telah menewaskan banyak jiwa tak berdosa seperti anak-anak dan wanita. Semoga Bermanfaat.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.